“Ramak dan Simbok
sudah berangkat ke masjid belum ya…?”, tanya dalam hatinya saat mengambil mukena dan rukuh untuk keperluan sholat maghrib berjama’ah di masjid. Biasanya ramak dan simboknya sudah berangkat awal, sejak sebelum adzan magrib dikumandangkan. Fatma melihat-lihat ke bagian lain dalam rumahnya, sepi. “Hmm… mereka sudah berangkat”, bisiknya lirih. Setelah menutup pintu, ia segera bergegas berjalan menuju masjid.
Seperti setiap mau keluar rumah, Fatma tak lupa berdoa kepada Alloh SWT.: “Bismillahirrohmaanirrohiim, laa haula walaa quwwata illah billah”. Kaki pun melangkah mantap menuju rumah Alloh yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumahnya.
Jalan yang mulai gelap karena ditinggalkan sang surya tidak mampu menghalangi niat Fatma untuk menunaikan sholat maghrib dengan berjamaah di masjid. Kedua orang tuanya, ramak dan simboknya telah memberikan contoh teladan yang nyata bahkan sejak dia masih dalam buaian, semenjak dia masih kecil. Sebuah contoh teladan yang langka, yang sulit dijumpai di masa sekarang.
Mungkin karena itulah, semenjak masih usia pra TK, Fatma sudah terbiasa mengikuti sholat jamaah di masjid dengan tertib. Karena itu pula, rasa enggan dan malas untuk segera menunaikan sholat seolah menjauh dari Fatma.
Sesampai di masjid Fatma segera masuk. Ucapan lirih di bibirnya: “Allohumma abwaba rohmatik”, melafalkan doa masuk masjid, yang berisikan suara hatinya yang terdalam, sebuah permohonan kepada Alloh SWT., semoga berkenan membukakan pintu-pintu rahmatNya. Fatma memang remaja putri yang unik, gadis yang terbiasa dibimbing dan dididik dengan kedisiplinan versi kampung oleh ramak dan simboknya. Meskipun ramak dan simboknya tidak berpendidikan tinggi secara akademik, namun pemahaman dan pengamalan agamanya bisa dikatakan kuat. Predikat tani dan bakul, pekerjaan sehari-hari ramak dan simboknya tidak bisa menutupi kesholeh-sholihahan mereka berdua.
Bagi Fatma, Ramak dan simboknya adalah orang-orang pertama yang mendidik dan memberikan contoh teladan baginya. Mudah dipahami, kalau Fatma bertumbuh dan berkembang dengan meniru sifat dan sikap kedua orang tuanya.
Pada remaja yang lain pun demikian, sikap dan tingkah lakunya kebanyakan mirip dengan kedua orangtuanya. Ya tentunya ada kekecualian, karena memang faktor yang mempengaruhi sifat dan sikap seseorang tidak hanya faktor keturunan alias faktor orang tua, tetapi yang juga tidak kalah pentingnya adalah faktor teman bergaulnya, faktor masyarakat sekitarnya dan juga faktor teman akrabnya. Untuk yang terakhir ini bisa dikatakan faktor yang paling mengejutkan. Perlu penelitian tersendiri untuk membahas hal ini. Wallahu a’lam - Alloh SWT yang lebih tahu.
Sholat maghrib berjamaah telah didirikan. Masjid sederhana dengan penerangan lampu petromax itu hampir penuh. Deretan shaf laki-laki mencapai empat shaf. Sementara di deretan belakang shaf perempuan terhitung enam shaf. Ditambah beberapa anak kecil baik laki-laki maupun perempuan yang masih bermain kesana kemari menambah suasana masjid tampak makin marak dan penuh.
Setelah sholat usai, disambung dengan doa, masing-masing memuji Alloh SWT dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian dengan khusyuk memohon kepada Alloh SWT untuk kebahagian dunia akherat serat detil doa sesuai dengan kepentingan dan keperluan masing-masing, yang tentunya satu orang berbeda dengan yang lainnya. Fatma pun khusyuk berdoa memohon kepada Alloh SWT, agar diberikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap urusan dan permasalahan yang dihadapinya.